Manusia Tidak Lagi Berada di Paling Atas dalam Rantai Makanan dalam film Tokyo Ghoul

Manusia Tidak Lagi Berada di Paling Atas dalam Rantai Makanan dalam film Tokyo Ghoul
Disusun oleh: Adisti Wulandari

Judul: Tokyo Ghoul
Tahun rilis: 2017
Disutradarai oleh: Kentaro Hagiwara
Pemeran: 

  1. Masataka Kubota sebagai Ken Kaneki (Pemeran Utama),
  2. Fumika Shimizu sebagai Tōka Kirishima,
  3. Kai Ogasawara sebagai Hideyoshi Nagachika, 
  4. Nobuyuki Suzuki ( ja ) sebagai Kōtarō Amon,
  5. Yū Aoi sebagai Rize Kamishiro,
  6. Yo Oizumi sebagai Kureo Mado,
  7. Kunio Murai sebagai Yoshimura,
  8. Shunya Shiraishi sebagai Nishiki Nishio, dll.

Orientasi
Tokyo Ghoul ( Jepang : 東京 喰 種 ト ー キ ョ ー グ ー ル  Hepburn : Tōkyō Gūru ) adalah film horor aksi fantasi gelap Jepang tahun 2017 yang didasarkan pada manga seri Tokyo Ghoul oleh Sui Ishida . Film yang disutradarai oleh Kentarō Hagiwara dan dibintangi Masataka Kubota sebagai Ken Kaneki ini diproduksi oleh perusahaan Geek Sight yang kemudian dirilis di Jepang oleh Shochiku pada 29 Juli 2017. Film live action dari manga yang menceritakan keberadaan Ghoul pemakan manusia dengan kagunenya yang unik ini berdurasi 120 menit. Meskipun terbilang sebentar, film ini merupakan salah satu film live action yang paling ditunggu kehadirannya di bioskop Indonesia apalagi untuk para penggemar manga Tokyo Ghoul yang alur ceritanya memang dibuat sangat mengagumkan oleh Ishida-sensei.

Tafsiran Isi
Ken Kaneki adalah seorang mahasiswa teladan, hobi membaca buku, dan normal. Saking normalnya, ia hanya memiliki satu teman, yaitu Hideyoshi Nagachika. Di suatu hari yang kurang menguntungkan, Kaneki dan Hide pergi meminum kopi di sebuah kafe, yaitu Anteiku. Di sana lah Kaneki bertemu dengan perempuan yang disukainya, Rize Kamishiro. Kaneki pun akhirnya berkencan dengan Rize.

Namun apa yang diharapkan Kaneki jauh dari luar dugaannya. Saat malam tiba, suasana romantis muncul di antara mereka sehingga mereka pun berpelukan. Sayangnya, Kaneki tidak menyadari bahwa malam itu adalah malam terakhirnya dapat melihat dunia sebagai manusia karena ternyata Rize adalah seorang Ghoul. Dalam satu kali gigitan, pundak Kaneki dilahap oleh Rize. Kaneki yang ketakutan berlari ke arah daerah pembangunan dan diikuti oleh Rize. Kemudian entah ini nasib sial atau nasib baiknya Kaneki, Rize tertimpa oleh beton-beton yang ada di lokasi pembangunan dan menemui kematiannya sedangkan Kaneki terluka parah.

Kaneki berhasil bertahan berkat transplantasi organ yang dilakukan dokter. Namun setelah itu, dia harus menerima kenyataan bahwa tubuhnya tidak lagi sama. Kaneki menjadi setengah manusia dan setengah Ghoul.

Untuk bertahan hidup, Kaneki harus mengonsumsi daging manusia. Memakan makanan manusia yang terlihat sangat lezat baginya hanya membuatnya muntah karena pencernaan Ghoul tidak bisa memakan makanan manusia, hanya bisa mengonsumsi daging manusia dan kopi. Tapi karena Kaneki sama sekali tidak bisa terbiasa hidup sebagai Ghoul, Kaneki tidak bisa makan. Berjuang dengan kehidupan barunya sebagai setengah Ghoul, Kaneki berusaha beradaptasi dengan Ghoul lain dengan menerima ajakan untuk bergabung di kafe Anteiku yang merupakan tempat para Ghoul berkumpul sambil menyembunyikan identitas setengah Ghoulnya dari Hide, teman manusianya. Kaneki pun akhirnya memakai penutup mata untuk menutupi sebelah matanya yang menunjukkan identitas Ghoulnya karena dia belum bisa mengontrol rasa lapar dan kekuatan kagunenya.

Berusaha untuk menyembunyikan identitasnya sebagai Ghoul tidaklah mudah. Kaneki beberapa kali kehilangan kontrol terutama saat Hide akan dimakan oleh seniornya, yaitu Nishiki. Kaneki menyerang Nishiki dan hampir memakan Hide juga karena tidak dapat mengontrol bagian Ghoul dalam dirinya. Akhirnya Kaneki menjauhi Hide karena takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Jalan satu-satunya bagi Kaneki adalah menerima apa yang terjadi dan menjalani kehidupannya lagi. Kemudian, Kaneki resmi bergabung dengan Anteiku dan bekerja di kafe Anteiku. Kaneki juga belajar memakan daging manusia dan membuat kopi yang enak. Akhirnya, Kaneki memiliki keluarga baru, yaitu Anteiku sementara Hide semakin jarang bertemu dengan Kaneki. Tanpa disadari oleh banyak penonton, Hide sebenarnya sudah mengetahui rahasia Kaneki bahwa ia adalah Ghoul. Namun Hide tetap menerimanya sebagai teman dan mempercayai Kaneki bahwa Kaneki tidak akan memakannya sehingga kepergian Kaneki merupakan hal yang berat bagi Hide. Namun pada akhirnya pun Kaneki masing sering bertemu Hide di kampus dan mengobrol ringan tanpa ada tembok penghalang di antara mereka sedikitpun. Best friend!

Soal live action yang diangkat dari manga bergenre sama, menurut saya Parasyte (2014 dan 2015) lebih keren. Meski efek CGI-nya juga tidak luar biasa, penggarapan plot dan karakter pada film Parasyte sangat berhasil. Memang, sih, memindahkan sekian banyak detail yang ada pada manga bukanlah hal yang mudah. Namun, nyatanya, dua film Parasyte bisa berhasil dengan caranya sendiri.

Evaluasi
Sebagai live action, Tokyo Ghoul bisa dibilang masih punya banyak hal yang mengganjal. Namun, bukan berarti film ini buruk. Soalnya, topeng Kaneki pun menjadi lebih keren di film ini. Film ini tetap menarik banyak peminat, khususnya para penggemar anime dan manga Tokyo Ghoul serta penggemar film bergenre horor, thriller, dan misteri karena film ini dibuat seapik mungkin seperti bagaimana Ishida-sensei menyusun karyanya sampai menjadi sangat mengagumkan dan pemeran dari Kaneki Ken pun sangat mendalami perannya. Jadi, untuk penggemar manga dan animenya, film ini tetap sangat wajib ditonton.

Menurut saya, film Tokyo Ghoul belum sukses sebagai live action yang diadaptasi dari manga, tapi tidak gagal juga. Justru Tokyo Ghoul berusaha setia dengan tiga volume manganya yang terlihat dari urutan pengambilan gambar yang dibuat sesuai dengan manganya. Sayangnya, film ini tidak sepenuhnya mengikuti latar tempat dalam manga.

Mungkin sulit untuk menemukan tempat yang sesuai dengan yang digambarkan di manga atau di anime, namun seharusnya tidak terlalu jauh berbeda juga seperti pada adegan penyerangan yang dilakukan Nishiki kepada Hide. Pada anime dan manganya, Nishiki menyerang Hide di dalam lorong gelap dan sepi agar tidak menarik perhatian orang banyak. Pada live action, penyerangan ini malah dilakukan di area kampus, di ruang klub Nishiki dan Hide yang tidak mungkin tidak mengundang keributan sehingga penyerangan ini rasanya tidak masuk akal pada live action Tokyo Ghoul.

Selanjutnya film ini juga tidak luput dari plot hole. Bahkan plot hole terbesar justru muncul di awal film saat Kaneki bertemu Rize. Tidak begitu jelas di sini bagaimana ceritanya, tiba-tiba Rize dan Kaneki bisa berkencan dan kemudian Kaneki diserang Rize.

Plot hole selanjutnya pun terjadi setelah itu. Kaneki menerima transplantasi organ dari Rize, namun hal ini malah hanya dijelaskan lewat wawancara singkat di televisi yang kebetulan ditonton oleh Kaneki. Menurut saya adegan ini tidak menarik perhatian sehingga penonton tidak sadar bahwa Kaneki mendapatkan transplantasi organ dari Rize yang padahal hal ini sangat penting untuk jalan cerita setelahnya. Siapa yang sangka, mungkin saja ada penonton yang mengira bahwa Kaneki menjadi Ghoul karena digigit oleh Rize seperti zombie.

Akibatnya, Rize jadi karakter yang tidak penting di live action ini. Hal ini berpengaruh ke perkembangan karakter Kaneki di film. Di manga dan anime, Kaneki adalah karakter yang lemah dan imut-menurut saya- karena Kaneki hanya seorang kutu buku yang tidak mahir bela diri. Di film Kaneki dibuat lebih kuat yang hasilnya Kaneki terlihat lebih heartless di film. Ini membuat Tokyo Ghoul terasa kurang berjiwa.

Masih banyak lagi plot hole yang membuat Tokyo Ghoul menjadi kurang berjiwa, seperti Kaneki yang sama sekali tidak makan daging manusia tapi tetap bisa hidup-mungkin adegan makannya tidak diperlihatkan (?).

Intinya, film ini tidak membuat penonton berpikir mana pihak yang benar dan salah seperti di manga dan animenya karena ADIKSIMBA-nya terasa kurang jelas. Namun semua itu terselamatkan berkat akting para pemerannya terutama akting brilian Masataka Kubota yang bisa membuat semua plot hole tadi termaafkan.

Kubota sebagai Kaneki bisa menjadi anak baik-baik di satu sisi dan bisa menjadi liar saat sedang lapar dengan memainkan gerakan mulutnya, termasuk membuat lidahnya persis seperti Ghoul kelaparan. Menurut saya, ini keren karena Kubota bisa mendalami peran Kaneki sedalam-dalamnya.

Peran dari para aktor lain juga mendukung kesuksesan film Tokyo Ghoul ini, seperti penampulan Yo Oizumi sebagai Kureo Mado yang juga sukses mendalami perannya yang terkesan menyebalkan namun hebat sebagai CCG- musuh para Ghoul. Fumika Shimizu yang berhasil terlihat dingin sebagai Touka Kirishima, Hiyori Sakurada yang berhasil memerankan peran Hinami Fueguchi, dan aktor lain yang berhasil mendalami perannya semua menutupi kekurangan dari film ini.

Antusiasme fans Tokyo Ghoul menyambut live action ini sangat tinggi. Hal ini terbukti dengan banyaknya peminat film ini saat sudah rilis ke bioskop.

Rangkuman
Jadi kesimpulannya film Tokyo Ghoul sangat layak dan wajib ditonton karena selain sangat keren dan tidak biasa, film ini juga memiliki banyak pesan moral mulai dari bagaimana menjalani hidup sampai ke pertemanan yang salah satunya adalah agar kita dapat menerima teman kita apa adanya selama teman kita bukan orang yang tidak layak untuk kita.


Referensi:
https://www.kincir.com/movie/cinema/review-tokyo-ghoul-live-action-teror-nanggung-pelahap-manusia.amp
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Tokyo_Ghoul_(film)
loop.co.id/articles/x-hal-yang-wajib-kamu-ketahui-tentang-film-live-action-dari-tokyo-ghoul

Comments

Popular Posts